BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Pengertian Sistem
Secara leksikal, sistem berarti :
susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas dan sebagainya. Dengan kata
lain, sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang
berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan
2.1.1 Sifat-sifat dasar dari suatu sistem
- Pencapaian tujuan, orientasi pencapaian tujuan akan memberikan sifat dinamis kepada sistem memberi ciri perubahan yang terus menerus dalam usaha mencapai tujuan.
- Kesatuan usaha, mencerminkan suatu sifat dasar dari sistem dimana hasil keseluruhan melebihi dari jumlah bagian-bagiannya atau sering disebut konsep sinergi.
- Keterbukaan terhadap lingkungan, lingkungan merupakan sumber kesempatan maupun hambatan pengembangan.
- Transformasi, merupakan proses perubahan input menjadi output yang dilakukan oleh sistem.
Gambar 2.1
Proses Tranformasi Input menjadi
Output
- Hubungan antar bagian, kaitan antara subsistem inilah yang akan memberikan analisis sistem suatu dasar pemahaman yang lebih luas.
- Mekanisme pengendalian, mekanisme ini menyangkut sistem umpan balik yang merupakan suatu bagian yang memberi informasi kepada sistem mengenai efek dari perilaku sistem terhadap pencapaian tujuan atau pemecahan persoalan yang dihadapi. Proses transformasi sistem dan mekanisme pengendalian dijelaskan dalam gambar :
Gambar 2.2
Proses Tranformasi Input menjadi
Output Dalam Pengendalian
2.1.2 Pengertian
Sistem Pendukung Keputusan
Pada
umumnya para ahli sependapat bahwa kata keputusan (decision) berarti pilihan
(choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Pengambilan keputusan
hampir tidak merupakan plihan antara yang benar dan yang salah tetapi yang
sering terjadi ialah pilihan antara yang “hampir
benar” dan yang “mungkin salah”. Keputusan yang diambil biasanya
dilakukan berdasarkan pertimbangan situasional, bahwa keputusan tersebut adalah
keputusan terbaik. Walaupun keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada
perbedaan penting diantara keduanya. Sementara pakar melihat bahwa keputusan
adalah “pilihan nyata” karena pilihan
diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk
mencapai tujuan itu, baik pada tingkat perorangan atau pada tingkat kolektif.
Selain
itu, keputusan dapat dilihat pada kaitannya dengan proses lebih dinamis yang
diberi lebel pengambil keputusan.
Keputusan dipandang sebagai proses karena terdiri dari atas satu seri aktivitas
yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana. Dengan kata
lain, keputusan merupakan sebuah kesimpulan yang sudah dicapai sesudah
dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah salah satu kemungkinan dipilih,
sementara yang lain dikesampingkan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan
pertimbangan ialah menganalisis beberapa kemungkinan atau alternatif lalu
memilih satu diantaranya.
Proses pengambilan keputusan terbagi menjadi empat
fase, yaitu :
- Inteligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran
dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah.
Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan
masalah.
- Design
Tahap ini merupakan proses menemukan,
mengembangkan dan menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap
ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi dan menguji
kelayakan solusi.
- Choice
Tahap ini dilakukan proses pemilihan
diantara berbagai alternatif tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan
tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
- Implementation
Pada tahap ini merupakan tahap
pelaksanaan tindakan setelah mendapatkan pilihan keputusan yang terbaik.
Gambar 2.3 Sistem Pendukung Keputusan
2.1.3 Pendekatan
pengambilan keputusan
Pengambilan Keputusan dapat membuat keputusan dengan menggunakan satu atau
beberapa pertimbangan berikut :
- Fakta
Seorang pengambilan keputusan yang selalu bekerja
secara sistematis akan mengumpulkan semua fakta mengenai satu masalah dan
hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya. Artinya,
fakta itulah yang akan memberi petunjuk keputusan apa yang akan diambil. Namun,
sebenarnya tidak semudah itu. Masalahnya, fakta yang ada tidak selamanya jelas
dan lengkap. Bisa saja dua fakta melahirkan keputusan yang bertentangan pada
saat pengambil keputusan mencari jalan keluar yang lain.
- Pengalaman
Pengalaman adalah guru terbaik. Seorang pengambil
keputusan harus dapat memutuskan pertimbangan pengambilan keputusan berdasarkan
pengalamannya. Seorang pengambil keputusan yang sudah menimba banyak pengalaman
tentu lebih matang dalam membuat keputusan daripada pengambil keputusan yang
sama sekali belum mempunyai pengalaman apa-apa. Namun, perlu diperhatikan bahwa
peristiwa-peristiwa yang lampau tidak akan pernah sama dengan
peristiwa-peristiwa pada saat ini. Oleh sebab itu, peyesuaian terhadap
pengalaman seorang pengambil keputusan senantiasa diperlukan.
- Rasional Analitis
Pengambil keputusan rasional analitis
mempertimbangkan semua alternatif dengan segala akibat dari pilihan yang
diambilnya, menyusun segala akibat dan memperhatikan skala pilihan (scale of prefernces ) yang pasti, dan
memilih alternatif yang memberikan hasil maksimum.
- Intuitif Emosional
Pengambil keputusan intuitif emosional menyukai
kebiasaan dan pengalaman, perasaan yang mendalam, pemikiran, yang reflektif dan
naluri dengan menggunakan proses alam bawah sadar. Proses ini dapat oleh
naluri, orientasi kreatif, dan konfrontasi kreatif. Pengambil keputusan
mempertimbangkan sejumlah alternatif dan peluang, secara serempak meloncat dari
satu langkah dalam analisis atau mencari yang lain dan kembali lagi. Mereka yang menentang
pendekatan ini mengemukakan bahwa cara ini tidak secara efektif menggunakan
semua sarana yang ada bagi pengambil keputusan modern.
- Pengambilan keputusan perilaku politis merupakan pengambilan keputusan individual dengan melakukan pendekatan kolektif, yang menyarankan agar organisasi tempat pengambilan keputusan bekerja membatasi pilihan yang ada. Keputusan diambil kalau beberapa orang yang terlibat dalam proses itu menyetujui bahwa mereka telah menemukan pemecahan. Mereka melakukan hal ini dengan saling menyesuaikan diri dan berunding, mengikuti peraturan permainan cara pengambilan keputusan dalam organisasi pada masa lalu. Pengambilan keputusan harus mempertimbangkan apakah hasil keputusan itu dapat dilaksanakan secara politis.
2.2 Analytical Hirarchy Process
Proses
pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Peralatan
utama Analytical Hierarchy Process
(AHP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia.
Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke
dalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi
suatu bentuk hirarki.
Analytical Hirarchy Process (AHP) atau Proses
Hirarki Analitik adalah suatu perangkat untuk pengambilan keputusan. Bentuknya
sederhana, fleksibel dan berdaya guna besar (powerfull) untuk mendukung suatu proses pengambilan keputusan
dengan multi kriteria, multi tujuan dan penuh dengan situasi kompleks.
Perangkat ini juga seringkali digunakan untuk menentukan pilihan dari berbagai
alternatif yang sulit.
AHP banyak digunakan karena ia dapat
mengembangkan kemampuan seseorang untuk menggunakan logikanya dalam menghadapi
permasalahan yang kompleks dan rumit. Hal ini dimungkinkan karena AHP
menyediakan suatu prosedur untuk membuat prioritas terhadap pilihan-pilihan
yang kaku, baik itu alternative tindakan, perencanaan ataupun kebijakan.
AHP bekerja berdasarkan kombinasi
input berbagi pertimbangan dari pembuat keputusan yang didasarkan pada
informasi tentang elemen-elemen pendukung keputusan tersebut, yaitu untuk
menentukan suatu set pengukuran prioritas dalam rangka evaluasi terhadap
berbagai alternative yang akan diambil dalam suatu produk keputusan.
2.2.1 Konsep
Dasar AHP
Prosedur AHP dimulai dengan dengan
identifikasi berbagai elemen pendukang keputusan dan melakukan penilaian
atasnya berdasarkan tingkat kepentingan, prefensi atau keberpihakan. Elemen-elemen
ini dapat berupa alternatif tindakan, kriteria dan atribut yang pada akhirnya
akan digunakan untuk menentukan prioritas atau peringkat dari serangkaian
alternative keputusan yang akan diambil. Konsep dasar AHP adalah :
1. Penyusunan Hierarki
Persoalan yang akan
diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif,
kemudian disusun menjadi struktur hierarki.
2. Penilaian
Kriteria dan Alternatif
Untuk membuat pairwise comparison, Prof Saaty membuat
skala perbandingan yang disebutnya sebagai skala
fundamental yang diturunkan berdasarkan riset psikologis atas kemampuan
individu dalam membuat suatu perbandingan secara berpasangan terhadap beberapa
elemen yang akan diperbandingkan. Skala perbandingan terebut adalah sebagai berikut
:
Intensitas Kepentingan
|
Definisi
|
1
|
Kedua elemen sama pentingnya
|
3
|
Salah satu elemen sedikit lebih penting
|
5
|
Salah satu elemen jelas lebih penting
|
7
|
Salah satu elemen sangat jelas lebih penting
|
9
|
Salah satu elemen paling penting
|
2.4.6.8
|
Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang
berdekatan
|
Gambar
2.4 Skala Perbandingan Pasangan
3.
Penentuan Prioritas
Untuk
setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai
perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari
seluruh alternatif.
Baik
kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai
dengan judgment yang telah
ditentukan untuk menghasilkan bobot
dan prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian
matematik.
4. konsistensi Logis
Semua elemen
dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan
suatu kriteria yang logis.
Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya
adalah :
- Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
- Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan
- Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
2.2.2 Prinsip Kerja AHP
- Perumusan Masalah
Untuk menyelesaikan masalah, maka
perlu dilakukan 3 langkah :
- Penentuan sasaran yang yang ingin dicapai
- Penentuan kriteria pemilihan
- Penentuan alternatif pilihan
- Pembobotan Kriteria
Untuk menentukan bobot dari kriteria
dapat dilkukan dengan cara :
·
Menentukan
bobot secara sembarang.
·
Membuat skala
interval untuk menentukan ranking setiap kriteria.
·
Menggunakan
prinsip kerja AHP, yaitu perbandingan bepasangan (pairwise comparissons), tingkat kepentingan (importance) suatu
kriteria relatif terhadap kriteria lain dapat dinyatakan dengan jelas.
3. Penyelesaian dengan manipulasi matriks
Setelah melakukan pembandingan
kemudian dimasukan kedalam definisi matrks untuk diolah dalam menentukan bobot
dari kriteria, yaitu dengan jalan menentukan nilai eigen (eigenvector ). Prosedur untuk mendapatan nilai eigen adalah:
1. Kuadratkan matriks tersebut.
2. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian
melakukan normalisasi.
3. Hentikan proses, bila perbedaan antara jumlah dari
dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu.
4. Pembobotan alternatif
Matriks berpasangan dari
alternatif-alternatif dari setiap kriteria kemudian disusun untuk dapat dianalisis, maka jawaban dapat
diperoleh dengan jalan mengalikan matriks bobot kriteria.
- Penyelesaian dengan persamaan matematik
Ada 3 langkah untuk
menentukan besarnya bobot yang dimulai dari kasus khusus yang sederhana sampai dengan
kasus-kasus umum, seperti berikut ini :
- Langkah 1 :
W / W = a( i,j =1,2,...,n)
W = bobot input dalam baris
W = bobot input dalam lajur
- Langkah 2
W = a W (i,j =1,2,...n)
Untuk
kasus-kasus umum mempunyai bentuk :
W
= (i,j =1,2,...,n)
W
= rataan dari
3.
langkah 3
Bila perkiraan a baik akan cenderung
untuk dekat dengan nisbah W / W. Jika n juga berubah maka n diubah menjadi max maka diperoleh :
W = (i =1,2,...,n)
Pengolahan Horizontal
Pengolahan
horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat
hirarki keputusan. Tahapannya menurut Saaty 1983 adalah sebagai berikut :
- Perkalian baris (z) dengan rumus :
- Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen
adalah elemen vektor
prioritas ke-i
- Perhitungan nilai eigen maksimum
VA = a x VP dengan VA = (V)
VB = VA / VP dengan VB = ( V)
Imax = VB untuk i = 1,2,..., n
VA = VB = vektor antara
- Perhitungan indeks konsistensi (CI)
Pengukuran ini dimaksudkan untuk
mengetahui konsistensi jawaban yang berpengaruh kepada kesahihan hasil.
Rumusnya sebagai berikut :
Untuk mengetahui aapakah CI dengan
besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap
baik, yaitu apabila CR < 0.1. Rumus CR adalah :
Nilai RI merupakan nilai random indeks
yang dikeluarkan oleh oarkridge
laboratory yang berupa tabel berikut ini :
Ukuran Matriks (n)
|
Indeks Konsistensi Acak (RI)
|
1
|
0
|
2
|
0
|
3
|
0,52
|
4
|
0,89
|
5
|
1,11
|
6
|
1,25
|
7
|
1,35
|
8
|
1,40
|
9
|
1,45
|
10
|
1,49
|
Sumber :
Atthirawong, Walailak, and Bart MacCarthy, An Application of the Analytical Hierarchy Process to
International m,;l on Decision - Making, University of Nottingham, 2001
Dalam metode AHP, kelompok memutuskan struktur hirarki keputusan yang
mengandung n pilihan keputusan sesuai
dengan masalah dan solusi yang diinginkan. Tiap individu pengambil keputusan (t) menentukaan prefensi relatif mereka
(aiterhadap pasangan pilihan keputusan i dan j (ij=1,...,n),sehingga
diperoleh matriks Adengan elemen a.
Misal,adalah vektor bobot yang dinormalisasi,sama dengan dan dan dapat diperoleh dengan memecahkan masalah nilai eigen
berikut:
,
Di mana merupakan nilai eigen
terbesar dari Asehingga
Kemudian
dilakukan perhitungan rasio konsistensi (CR)
untuk menentukan tingkat inkosistensi dari prefensi tiap pengambil keputusan .
CR =
Di mana CI merupakan indeks konsistensi dari RI merupakan indeks random
inkonsistensi.
Jika tingkat inkonsistensi tidak dapat
diterima (CR 0,1),
pengambil keputusan disarankan
merevisi dan menghitung kembali prefensi relatif mereka.
6.
Penggabungan
Pendapat Responden
Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data
dari satu responden ahli. Namun demikian dalam aplikasinya penilaian
kriteria dan alternatif dilakukan oleh
beberapa ahli multidisiplioner. Konsekuensinya pendapat para ahli tersebut
perlu dicek konsistensinya satu persatu. Pendapat yang konsisten kemudian
digabungkan dengan menggunakan geometrik :
= rata-rata geometrik
n = jumlah responden
Xi = penilaian
oleh responden ke-i
Sumber
elib.unikom.ac.id/download.php?id=4617
http://iratna444.blogspot.com/2007/03/sistem-pendukung-keputusan.html
http://astaqauliyah.com/2005/04/teori-teori-pengambilan-keputusan/
http://juliansablog.blogspot.com/2007/03/sistem-pendukung-keputusan.html
0 komentar:
Posting Komentar